Tapak Dara Penangkal Penyakit
Jakarta, Masyarakat Bali digemparkan dengan merebaknya goresan misterius berupa tanda (+)
yang dinamakan "tapak dara". Dalam budaya Hindu di Bali, tanda ini digunakan untuk menangkal wabah penyakit.
Goresan misterius tersebut berupa tanda +, garis vertikal atau horisontal merebak ke berbagai pelosok di Bali. Bahkan, Mapolda Bali yang ketat dari penjagaan pun dibobol oleh goresan tersebut.
Dosen Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) Denpasar, Bali I Ketut Wiana menyebutkan tidak ada literatur yang mengkaji "tapak dara" secara mendalam. Penggunaan simbol "tapak dara" hanya tercantum dalam lontar-lontar Hindu bernama Krakah Modre.
Dalam budaya lokal, Wiana menuturkan, simbol "tapak dara" digunakan masyarakat Bali sejak jaman dulu kala. Simbol ini digunakan secara rutin ataupun insidental. Umumnya digunakan setiap sasih ke enam (hari hitungan Bali). Pasalnya, pada hari-hari ini wabah penyakit menyerang manusia (disebut gering), menyerang tumbuh-tumbuhan (merana) dan menyerang binatang atau ternak (sabab).
Biasanya, sebelum wabah tersebut menyerang umat Hindu di Bali menggunakan simbol "tapak dara" di depan pintu masuk rumah. Simbol itu biasanya dilengkapi dengan daun pandan berduri dan benang Tri Datu (benang berwarna merah, hitam dan putih) yang dirangkai menjadi satu.
Simbol tapak dara juga digunakan untuk pengobatan tradisional. "Tapak dara dari kapur sirih ini digoreskan pada bagian tubuh yang sakit oleh balian (dukun pengobatan) sebagai sarana tradisional. Metode ini berfungsi merangsang keyakinan pasien untuk sembuh," katanya.
Salah seorang pemimpin agama Hindu di Bali, Ida Pedanda Putra Telaga meminta masyarakat Bali untuk tidak resah dan takut dengan munculnya goresan misterius itu. Karena diyakini "tapak dara" akan berpengaruh positif dengan memberikan perlindungan.
"Tapak dara mampu menolak dan menetralisir segala bencana terutama yang bersifat niskala (alam tidak nyata). Tidak ada yang menggunakan tapak dara untuk hal-hal negatif," tegasnya.(ton)
Jakarta, Masyarakat Bali digemparkan dengan merebaknya goresan misterius berupa tanda (+)
yang dinamakan "tapak dara". Dalam budaya Hindu di Bali, tanda ini digunakan untuk menangkal wabah penyakit.
Goresan misterius tersebut berupa tanda +, garis vertikal atau horisontal merebak ke berbagai pelosok di Bali. Bahkan, Mapolda Bali yang ketat dari penjagaan pun dibobol oleh goresan tersebut.
Dosen Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) Denpasar, Bali I Ketut Wiana menyebutkan tidak ada literatur yang mengkaji "tapak dara" secara mendalam. Penggunaan simbol "tapak dara" hanya tercantum dalam lontar-lontar Hindu bernama Krakah Modre.
Dalam budaya lokal, Wiana menuturkan, simbol "tapak dara" digunakan masyarakat Bali sejak jaman dulu kala. Simbol ini digunakan secara rutin ataupun insidental. Umumnya digunakan setiap sasih ke enam (hari hitungan Bali). Pasalnya, pada hari-hari ini wabah penyakit menyerang manusia (disebut gering), menyerang tumbuh-tumbuhan (merana) dan menyerang binatang atau ternak (sabab).
Biasanya, sebelum wabah tersebut menyerang umat Hindu di Bali menggunakan simbol "tapak dara" di depan pintu masuk rumah. Simbol itu biasanya dilengkapi dengan daun pandan berduri dan benang Tri Datu (benang berwarna merah, hitam dan putih) yang dirangkai menjadi satu.
Simbol tapak dara juga digunakan untuk pengobatan tradisional. "Tapak dara dari kapur sirih ini digoreskan pada bagian tubuh yang sakit oleh balian (dukun pengobatan) sebagai sarana tradisional. Metode ini berfungsi merangsang keyakinan pasien untuk sembuh," katanya.
Salah seorang pemimpin agama Hindu di Bali, Ida Pedanda Putra Telaga meminta masyarakat Bali untuk tidak resah dan takut dengan munculnya goresan misterius itu. Karena diyakini "tapak dara" akan berpengaruh positif dengan memberikan perlindungan.
"Tapak dara mampu menolak dan menetralisir segala bencana terutama yang bersifat niskala (alam tidak nyata). Tidak ada yang menggunakan tapak dara untuk hal-hal negatif," tegasnya.(ton)
No comments:
Post a Comment