Translate

Sunday, September 30, 2012

Imogiri Yogyakarta, Misteri di Makam Raja-raja Mataram


Meskipun makam, namun Kompleks makam Raja-raja Yogyakarta-Surakarta ini memiliki bangunan yang indah. Kompleks pemakaman raja-raja Mataram Imogiri ini mempunyai "kekuatan" yang masih dipercaya banyak orang. Jika ingin mengunjunginya, peziarah harus mengenakan pakaian Kejawen.

Kompleks Pajimatan Imogiri berada di sebuah puncak perbukitan yang tinggi. Misteri dimulai dari sini. Untuk mencapai Makam Raja-raja,  pengunjung atau peziarah harus mendaki lebih dari 340 anak tangga. Konon jika berhasil menghitung dengan tepat jumlah anak tangga yang didaki, keinginan atau kehidupan yang lebih baik akan terjadi dikemudian hari.
Tradisi pemakaman di puncak bukit ini adalah suatu akulturasi antara Islam dengan tradisi Hindu di masa-masa awal perkembangan Islam di Jawa setelah sebelumnya agama Hindu mendominasi selama berabad-abad. Ciri tradisi Islam juga terlihat pada bangunan masjid tua yang ada di pelataran bawah makam.

Memang cukup melelahkan mendaki ratusan anak tangga yang menanjak dan meninggi. Ada trik tersendiri yang biasanya dilakukan oleh para abdi dalem. Meskipun usia mereka sudah sepuh namun masih mampu naik turun berkali-kali. Menurut para abdi dalem, agar langkah mendaki terasa ringan, pengunjung harus berjalan dengan pola zig-zag.


Dari para abdi dalem yang bertugas di kompleks pemakaman, Makam Raja-raja Imogiri ini dibangun pada masa pemerintahan Sultan Agung, raja besar Mataram Islam. Bermula dari permintaan Sultan Agung untuk dimakamkan di Mekah, namun ditolak karena Sultan Agung dianggap sebagai raja yang tidak benar-benar Islam. Oleh Sunan Kalijaga, salah seorang penyebar Islam di Jawa, dilemparkanlah batu kerikil yang akhirnya jatuh di puncak bukit tempat Makam Raja-raja ini berdiri. Makam Imogiri ini didirikan tahun 1632.


Kompleks pemakanan ini dibagi menjadi dua, Makam Raja-raja Surakarta di sebelah barat dan Makam raja-raja Yogyakarta di sebelah timur. Kompleks pemakaman kerajaan Islam memiliki gaya bangunan Majapahit dengan nuansa Hindu yang kental, seperti terlihat pada gerbang yang bergaya gapura bentar. Sedangkan pintu-pintu makam yang sempit meninggi persisi seperti gerbang paduraksa di candi-candi Hindu.


Misteri berikutnya adalah kewajiban pengunjung atau peziarah menginjak lantai gerbang utama. Menurut abdi dalem di bawah gerbang utama makam tersebut terdapat jenazah Patih Endarata, patih Mataram yang berkhianat dan membocorkan rahasia penyerangan Mataram ke Batavia.


Makam Raja-raja ini termasuk makam Sultan Agung memang boleh dimasuki oleh peziarah kecuali hari Jum'at dan hari-hari tertentu. Namun peraturan pemakaman ini mengharuskan pengunjung untuk mengenakan busana kejawen. laki-laki memakai beskap dan jarit, sedangkan untuk perempuan mengenakan kemben.


Dari makam, pengunjung dapat mengambil dan membawa pulang air berkah dalam gentong yang dipercaya berkhasiat menjaga kesehatan dan menyembuhkan penyakit. Air ini sangat bening dan menurut abdi dalem rasa dan warna air ini tidak akan pernah berubah meski disimpan selama bertahun-tahun. Pada bulan Sura atau Muharam gentong-gentong hadiah dari Palembang, Aceh, Thailand, dan Turki ini dicuci. Upacara Nguras Enceh, atau mencuci gentong sangat meriah, dan dihadiri oleh banyak orang yang memperebutkan air bekas cucian gentong-gentong tersebut.


Di sepanjang jalan menuju Makam Raja-raja Imogiri banyak terdapat warung yang menjual berbagai jajanan dan minuman khas Makam Imogiri, seperti Pecel Kembang Turi, Wedang Uwuh, dan opak. Pecel Kembang Turi sangat khas karena sudah jarang dijumpai. Wedang Uwuh adalah minuman seduh yang  terdiri dari jahe, kayu manis, secang, dan bahan-bahan lain. Minuman ini berkhasiat menghangatkan badan dan mencegah masuk angin. Sedangkan opak adalah semacam kerupuk dari bahan singkong yang berbentuk bundar melebar, tipis, renyah, dan gurih.


Makam Raja-raja Imogiri adalah tempat bagi mereka  yang mencari ketenangan dan ketentraman batin. Selain itu dengan mengunjungi Makam Raja-raja Imogiri, pengunjung dapat mengetahui kekayaan sejarah budaya dan tradisi Kerajaan Mataram Islam.


Makam Raja-raja Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta

Pajimatan Imogiri Bantul Yogyakarta

No comments:

Post a Comment