Translate

Thursday, November 29, 2012

Misteri Green Children Of Woolpit


Inggris memiliki banyak kisah dan legenda. Kadang susah diterima oleh akal sehat. Misalnya yang satu ini. Kebenarannya diragukan sebagian orang. Tapi sebagian lain mempercayainya sebagai sebuah kesaksian sejarah. Walaupun cerita ini lebih mirip kisah dalam salah satu karya HC Andersen atau JRR Tolkien, namun hingga kini, kisah ini masih banyak dipelajari oleh berbagai kalangan, baik sejarawan, ahli kisah rakyat hingga Cryptozoologyst. Ini adalah legenda mengenai The Green Children of Woolpit atau anak-anak hijau dari Woolpit.


Legenda ini terjadi di abad ke-12, saat masa pemerintahan raja Stephen (1135 - 1154 Masehi) dan terjadi di sebuah desa kecil di Suffolk yang bernama Woolpit. Nama "Woolpit" mungkin berasal dari Wolfpitt yang berarti lubang/parit besar yang digunakan untuk menjebak serigala yang ada di desa itu.


Suatu hari, para penduduk desa menyaksikan dengan takjub ketika dua orang anak kecil merangkak keluar dari parit itu. Seorang anak perempuan dan seorang anak laki-laki yang lebih muda. Mereka berdua menggunakan pakaian yang aneh dan berbicara dalam bahasa yang tidak dimengerti oleh penduduk desa. Namun, yang membuat para penduduk desa keheranan adalah kulit mereka - seluruhnya berwarna hijau!

Karena tidak bisa berkomunikasi dengan mereka, para penduduk kemudian membawa kedua anak yang terlihat sedih dan menangis itu ke rumah Sir Richard de Calne, seorang tuan tanah lokal. Di rumah itu, mereka tinggal dan diperlakukan dengan baik oleh Sir Richard dan para pelayannya.

Namun, tidak berapa lama kemudian, anak laki-laki itu jatuh sakit dan kurang dari setahun, ia meninggal. Untungnya, anak yang perempuan berhasil bertahan hidup. Sejalan dengan perkembangan usianya yang semakin dewasa, warna hijau pada tubuhnya perlahan menghilang dan berubah menjadi normal. Ia diberi nama Agnes. Kemudian, Agnes menikah dengan seorang bangsawan dari Norfolk dan menggunakan nama Agnes Barre.

Karena nama ini pula, banyak yang percaya bahwa pemegang gelar Earl Ferrers (gelar bangsawan Inggris) yang sekarang adalah keturunan langsung dari Agnes (Salah satu leluhur dari Earl Ferrers bernama Sir John Barre).

Selama di rumah Sir Richard, Agnes belajar bahasa Inggris. Ketika ia sudah lancar berkomunikasi, ia mulai menceritakan bagaimana ia dan adik laki-lakinya bisa sampai ke Woolpit. Ia mengatakan bahwa mereka berasal dari sebuah tempat yang bernama St.Martin yang hanya memiliki sedikit cahaya matahari dan para penduduknya semua berkulit hijau. Sebuah sungai besar memisahkan desa mereka dengan desa lain yang selalu terang benderang.

Suatu hari, ketika mereka berdua sedang membantu ayah mereka menjaga ternak, Agnes dan adiknya mendengar suara lonceng di dalam gua, mereka mengikutinya menuju ke dalam gua sampai menemukan lubang di permukaan tanah (parit) yang sampai ke Woolpit. Saat itulah kedua anak itu terlihat oleh para penduduk desa yang ada di ladang.

Kisah anak-anak hijau ini pertama kali diceritakan oleh penulis abad ke-13 bernama William of Newbridge dan Ralph of Cogestal. William (1136-1198), seorang sejarawan Inggris, menceritakan kisah ini dalam karyanya berjudul "Historia rerum Anglicarum" atau "History of English Affairs" yang menceritakan sejarah Inggris dari tahun 1066 hingga tahun 1198.

Sedangkan Ralph (meninggal tahun 1228) menceritakan kisah ini dalam karyanya " Chronicon Anglicanum" atau "English Chronicle" yang menceritakan sejarah Inggris antara tahun 1187 hingga 1224. Ralph juga mengaku bahwa ia sering mendengar mengenai anak-anak hijau ini dari Sir Richard de Calne sendiri.

Selain kedua sumber utama di atas, kisah misterius ini juga bisa ditemukan sebagai referensi dalam buku-buku abad pertengahan lainnya seperti " The anatomy of Melancholy" yang ditulis oleh Robert Burton pada tahun 1621 dan "The Fairy Mythology" yang ditulis oleh Thomas Keightley pada tahun 1828.

Kisah ini juga beredar dengan beberapa versi yang sedikit berbeda. Ada yang mengatakan kalau sesungguhnya anak-anak hijau ditemukan pada masa pemerintahan raja Henry II, bukan Raja Stephen.

Bagi sebagian orang, kisah ini hanyalah sebuah mitos. Seorang ahli cerita rakyat Inggris bernama Dr.Katharine Briggs menulis dalam "A Dictionary of Fairies" yang terbit tahun 1976 bahwa kisah ini mengandung banyak unsur legenda dan mitos, seperti warna hijau, tanah yang selalu gelap dan dunia bawah tanah. Ia menganggap cerita ini penuh dengan aspek mitologi dan dongeng.

Namun bagi yang lain, kisah ini mungkin benar-benar terjadi. Karena itu beberapa penjelasan berusaha diberikan.

Teori yang paling ekstrem mengatakan kalau kedua anak ini datang dari dunia lain di dalam bumi yang dengan suatu cara menemukan pintu dimensi lain yang telah membawa mereka ke Woolpit.

Teori lain mengatakan bahwa mereka adalah anak-anak alien yang secara tidak sengaja mendarat di bumi. Salah satu pendukung teori alien ini adalah astronom Skotlandia bernama Duncan Lunan. Pada konferensi yang diselenggarakan oleh majalah Fortean Times, ia mengatakan bahwa kedua anak itu adalah alien yang dikirim ke bumi dari planet lain. Teori ini terdengar seperti kisah Clark Kent.

Namun, para penduduk Lokal Suffolk punya teori sendiri. Mereka percaya bahwa legenda ini berasal dari kisah nyata yang terjadi di Waylan Wood.

Menurut legenda, ada seorang pria yang menjadi wali dua anak kecil, seorang anak perempuan dan seorang anak laki-laki.


Pria ini adalah paman kedua anak itu. Untuk menguasai harta warisan kedua anak itu, sang paman meracuni kedua anak ini dengan arsenik dan membuangnya ke hutan. Kedua anak ini tidak mati, namun karena efek arsenik, kulit mereka berubah menjadi hijau hingga mereka berhasil sampai ke Woolpit. Teori ini cukup rasional, walaupun tidak diketahui apakah arsenik bisa mengubah warna kulit menjadi hijau.

Teori terbaru mengenai anak-anak hijau ini diajukan tahun 1998 oleh Paul Harris.

Menurutnya, sebelum masa pemerintahan Henry II, Inggris timur banyak dimasuki oleh para pedagang Flemish (Belgia - Belanda). Ketika Henry II menjadi raja, para pedagang ini mengalami banyak penganiayaan dan pada perang St.Edmund tahun 1173, banyak diantara mereka yang dibantai.

Harris mengatakan bahwa kedua anak itu kemungkinan adalah keturunan para pedagang yang berasal dari desa dekat Fornham St.Martin yang berada hanya beberapa mil dari Woolpit dan dipisahkan oleh sungai Lark.

Kedua anak tersebut mungkin berhasil melarikan diri dari pembantaian menuju hutan Thetford. Hutan itu hanya sedikit menerima cahaya matahari sehingga membuat mereka mengira bahwa mereka berada di daratan yang gelap. Jika kedua anak itu melarikan diri dalam waktu yang cukup lama, mereka akan mengalami penyakit kekurangan gizi yang disebut Chlorosis (Green Sickness) yang membuat kulit menjadi hijau.

Harris juga percaya kalau suara lonceng yang mereka dengar adalah suara lonceng gereja di dekat St.Edmund yang kemudian menyebabkan mereka sampai ke Woolpit. Ketika mereka sampai ke Woolpit, mereka menjadi disorientasi karena lama tidak melihat cahaya. Pakaian mereka yang berasal dari pedagang Flemish dan bahasa yang berdialek Flemish tentu saja akan membuat penduduk desa keheranan.

Teori Harris sepertinya cukup masuk akal dan bisa menjelaskan banyak teka-teki yang meliputi kisah ini. Karena itu teori ini dianggap sebagai teori terbaik mengenai anak-anak hijau dari Woolpit. Namun, soal benar tidaknya teori ini, tentu saja tidak ada yang bisa memastikan.

Apakah anak-anak hijau tersebut benar-benar ada ?

Mungkin kita tidak akan pernah tahu. Bisa saja, legenda ini hanya sebuah imajinasi dari penulis abad pertengahan yang ditulis dengan gaya alegori.

Atau, mungkinkah kisah ini benar-benar terjadi, namun diceritakan dengan dramatisasi ?
Jika teori Harris memang benar, agak mengherankan memang. Mengapa kedua anak itu tidak berkata saja : 'Orang tua kami dibantai, kami melarikan diri dan tersesat di hutan'. Mengapa harus ada cerita mengenai daratan gelap, Penduduk St.Martin yang semuanya berkulit hijau, masuk ke gua misterius dan sampai ke Woolpit ?

Menurut saya, kisah ini akan tetap menjadi salah satu dari sekian banyak kisah yang tidak terpecahkan.

No comments:

Post a Comment